Home

Minggu, 27 Maret 2011

Berbuat Kerusakan di Muka Bumi


Kebanyakan manusia yang hidup di jaman sekarang ini, menjadikan barometer dalam menilai hAl-hal yang terjadi di sekitarnya dengan perkara-perkara lahir yang nampak dalam pandangan mereka, sebagai akibat dari kuatnya dominasi hawa nafsu dan kecintaan terhadap dunia dalam diri mereka.
Mereka lalai dari memahami hakikat semua kejadian tersebut, karena mereka tidak memiliki keyakinan yang kokoh terhadap perkara-perkara yang ghaib (tidak nampak) dan lupa pada kehidupan abadi di akhirat nanti.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar-Ruum: 7).
Sebagai contoh nyata dalam hal ini, memahami arti “kerusakan di muka bumi” yang sebenarnya. Sementara ini, banyak orang, tidak terkecuali kaum muslimin, yang mengartikan “kerusakan di muka bumi” hanya sebatas pada hAl-hal yang nampak, seperti bencana alam, kebakaran, perusakan hutan, tersebarnya penyakit menular dan lain sebagainya.
Mereka melupakan kerusakan-kerusakan yang tidak kasat mata, padahal ini adalah kerusakan yang paling besar dan fatal akibatnya, bahkan kerusakan inilah yang menjadi sebab terjadinya kerusakan-kerusakan “lahir” di atas.

Arti “kerusakan di muka bumi” yang sebenarnya

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Ruum: 41). (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 3/576).
Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta’ala menyatakan, bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Maka ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti “kerusakan” yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi.
Imam Abul ‘Aliyah Ar-Riyaahi (Beliau adalah Rufai’ bin Mihran ar-Riyaahi, wafat 90 H, seorang Tabi’in senior yang terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallAllahu ‘alahi wa sallam, (lihat Taqriibut tahdziib, hal. 162) berkata, “Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka (berarti) dia telah berbuat kerusakan padanya, karena perbaikan di muka bumi dan di langit (hanyalah dicapai) dengan ketaatan (kepada Allah).” (Dinukil oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau 3/576).
Imam Asy-Syaukaani ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “(Dalam ayat ini) Allah menjelaskan bahwa perbuatan syirik dan maksiat adalah sebab timbulnya (berbagai) kerusakan di alam semesta”[1].
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ}
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS Asy-Syuura:30).
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan…[2].”
Tidak terkecuali dalam hal ini, musibah dan “kerusakan” yang terjadi dalam rumah tangga, seperti tidak rukunnya hubungan antara suami dan istri, serta seringnya terjadi pertengkaran di antara mereka, penyebab utama semua ini adalah perbuatan maksiat yang dilakukan oleh sang suami atau istri.
Inilah makna yang diisyaratkan dalam ucapan salah seorang ulama salaf yang mengatakan, “Sungguh (ketika) aku bermaksiat kepada Allah, maka aku melihat (pengaruh buruk) perbuatan maksiat tersebut pada tingkah laku istriku…[3].”
Oleh sebab itu, Allah menamakan orang-orang munafik sebagai “orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi”, karena buruknya perbuatan maksiat yang mereka lakukan dalam menentang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya shallallahu ‘alahi wa sallam. Allah berfirman,
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ، أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ}
“Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.’” (QS Al-Baqarah: 11-12).
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata, “Melakukan maksiat di muka bumi (dinamakan) “berbuat kerusakan” karena perbuatan tersebut menyebabkan rusaknya apa yang ada di muka bumi, seperti biji-bijian, buah-buahan, pepohonan dan tumbuh-tumbuhan, karena terkena penyakit yang disebabkan perbuatan maksiat. Demikian juga karena melakukan perbaikan di muka bumi adalah dengan memakmurkan bumi dengan ketaatan dan keimanan kepada Allah, yang untuk tujuan inilah Allah menciptakan manusia dan menempatkan mereka di bumi, serta melimpahkan rezeki kepada mereka, agar mereka menjadikan (nikmat tersebut) sebagai penolong mereka untuk melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah, maka jika mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketaatan kepada Allah (maksiat) berarti mereka telah mengusahakan (sesuatu yang menyebabkan) kerusakan dan kehancuran di muka bumi [4].”
Maka kematian orang-orang pelaku maksiat merupakan sebab utama berkurangnya kerusakan di muka bumi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, “(Kematian) seorang hamba yang fajir (banyak berbuat maksiat) akan menjadikan manusia, negeri, pepohonan dan binatang terlepas (terselamatkan dari kerusakan karena perbuatan maksiatnya)[5].”


Syirik dan bid’ah sebab terbesar kerusakan di muka bumi

Dikarenakan perbuatan syirik (menyekutukan Allah dalam beribadah) adalah dosa yang paling besar di sisi Allah, maka kerusakan yang ditimbulkan akibat perbuatan ini sangat besar, bahkan perbuatan inilah yang menjadi sebab utama kerusakan terbesar di muka bumi.
Imam Qatadah[6] dan As-Suddi berkata, “Kerusakan (yang sesungguhnya) adalah perbuatan syirik, dan inilah kerusakan yang paling besar [7].”
Demikian juga perbuatan bid’ah[8] dan semua seruan dakwah yang bertentangan dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, pada hakIkatnya merupakan sebab terbesar terjadinya kerusakan di muka bumi. Karena petunjuk dan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam adalah satu-satunya aturan untuk memakmurkan dan mensejahterakan alam semesta, sehingga semua seruan agama yang bertentangan dengan petunjuk beliau adalah sebab utama terjadinya kerusakan di muka bumi.
Oleh karena itu, imam Abu Bakar Ibnu ‘Ayyasy Al Kuufi[9] ketika ditanya tentang makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
{وَلا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا}
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya…”
Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam kepada umat manusia, (sewaktu) mereka dalam keadaan rusak, maka Allah memperbaiki (keadaan) mereka dengan (petunjuk yang dibawa) Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam, sehingga barangsiapa yang mengajak (manusia) kepada selain petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam maka dia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi[10].”
Cara mengatasi dan memperbaiki kerusakan di muka bumi
Karena sebab utama terjadinya kerusakan di muka bumi adalah perbuatan maksiat dengan segala bentuknya, maka satu-satunya cara untuk memperbaiki kerusakan tersebut adalah dengan bertobat dengan tobat yang nasuha[11] dan kembali kepada Allah. Karena taubat yang nasuha akan menghilangkan semua pengaruh buruk perbuatan dosa yang pernah dilakuakan.
Rasululah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Orang yang telah bertobat (dengan sungguh-sungguh) dari perbuatan dosanya, adalah seperti orang yang tidak punya dosa (sama sekali)[12].”
Inilah makna yang diisyaratkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas,
{لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}
“…supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41).
Artinya: agar mereka kembali (bertobat) dari perbuatan-perbuatan (maksiat) yang berdampak timbulnya kerusakan besar (dalam kehidupan mereka), sehingga (dengan tobat tersebut) akan baik dan sejahteralah semua keadaan mereka[13].”
Dalam hal ini, sahabat yang mulia, Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu pernah mengucapkan dalam doanya, “Ya Allah, sesungguhnya tidak akan terjadi suatu malapetaka kecuali dengan (sebab) perbuatan dosa, dan tidak akan hilang malapetaka tersebut kecuali dengan taubat (yang sungguh-sungguh)…[14].”
Maka kembali kepada petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alahi wa sallam dengan mempelajari, memahami dan mengamalkannya adalah solusi untuk menghilangkan kerusakan di muka bumi dalam segala bentuknya, bahkan menggantikan kerusakan tersebut dengan kebaikan, kemaslahatan dan kesejahteraan. Karena memang agama Islam disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang maha sempurna ilmu dan hikmah-Nya[15], untuk kebaikan dan kemaslahan hidup manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ}
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan)[16] hidup bagimu.” (QS. Al-Anfaal: 24).
Imam Ibnul Qayyim – semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya – berkata, “(Ayat ini menunjukkan) bahwa kehidupan yang bermanfaat hanyalah didapatkan dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alahi wa sallam. Maka barangsiapa yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya maka dia tidak akan merasakan kehidupan (yang baik). Meskipun dia memiliki kehidupan (seperti) hewan yang juga dimiliki oleh binatang yang paling hina (sekalipun). Maka kehidupan baik yang hakiki adalah kehidupan seorang yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya secara lahir maupun batin[17].”
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,
{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون}
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96).
Artinya: Kalau saja mereka beriman dalam hati mereka dengan iman yang benar dan dibuktikan dengan amalan shaleh, serta merealisasikan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala lahir dan batin dengan meninggalkan semua larangan-Nya, maka niscaya Allah akan membukakan bagi mereka (pintu-pintu) keberkahan di langit dan bumi, dengan menurunkan hujan deras (yang bermanfaat), dan menumbuhkan tanam-tanaman untuk kehidupan mereka dan hewan-hewan (ternak) mereka, (mereka hidup) dalam kebahagiaan dan rezki yang berlimpah, tanpa ada kepayahan, keletihan maupun penderitaan, akan tetapi mereka tidak beriman dan bertakwa maka Allah menyiksa mereka karena perbuatan (maksiat) mereka[18].”
Oleh karena itu, “orang-orang yang mengusahakan perbaikan di muka bumi” yang sebenarnya adalah orang-orang yang menyeru manusia kembali kepada petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alahi wa sallam, dengan mengajarkan dan menyebarkan ilmu tentang tauhid dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam kepada manusia.
Mereka inilah orang-orang yang menyebabkan kemaslahatan dan kesejahteraan alam semesta beserta isinya, tidak terkecuali hewan-hewan di daratan maupun lautan ikut merasakan kebaikan tersebut, sehingga mereka senantiasa mendoakan kebaikan dari Allah untuk orang-orang tersebut, sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada mereka[19].
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang berilmu (dan mengajarkan ilmunya kepada manusia) akan selalu dimohonkan pengampunan dosa baginya oleh semua makhluk yang ada di langit (para malaikat) dan di bumi, sampai-sampai (termasuk) ikan-ikan yang ada di lautan…[20].”
Sekaligus ini menunjukkan bahwa kematian orang-orang berilmu yang selalu mengajak manusia kepada petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alahi wa sallam merupakan pertanda akan munculnya malapetaka dan kerusakan besar dalam kehidupan manusia. Karena dengan wafatnya mereka, akan berkurang penyebaran ilmu tauhid dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam di tengah-tengah manusia, yang ini merupakan sebab timbulnya kerusakan dan bencana dalam kehidupan.
Dalam hal ini, imam Al-Hasan Al-Bashri[21 pernah berkata, “Kematian orang yang berilmu merupakan kebocoran (kerusakan) dalam Islam yang tidak bisa ditambal (diperbaiki) oleh apapun selama siang dan malam masih terus berganti[22].”

Penutup

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin dalam mengajak mereka untuk selalu kembali kepada petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, yang itu merupakan sumber kebaikan dan kebahagiaan hidup yang hakiki bagi mereka.
________________________________________
[1] Kitab “Fathul Qadiir” (5/475).
[2] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 759).
[3] Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab “ad-Da-u wad dawaa’” (hal. 68).
[4] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 42).
[5] HSR al-Bukhari (6512) dan Muslim (no. 2245).
[6] Beliau adalah Qotadah bin Di’aamah As Saduusi Al BasHR.i (wafat setelah tahun 110 H), imam besar dari kalangan tabi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah r (lihat kitab “Taqriibut tahdziib”, hal. 409).
[7] Dinukil oleh imam Al-Qurthubi dalam tafsir beliau (14/40).
[8] Yaitu mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama, yang tidak dicontohkan oleh Nabi r.
[9] Beliau adalah imam dari kalangan atba’ut tabi’in senior, seorang ahli ibadah dan terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rsulullah r (wafat 194 H), lihat kitab “Taqriibut tahdziib” (hal. 576).
[10] “Tafsir Ibni abi Hatim Ar Raazi” (6/74) dan “Ad Durrul mantsuur” (3/477).
[11] Yaitu taubat yang benar dan sungguh-sungguh, sehingga menghapuskan dosa-dosa yang lalu. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, (8/168).
[12] HR. Ibnu Majah (no. 4250) dan Ath-Tahbraani dalam Al-Mu’jamul kabiir no. 10281 dan dinyatakan hasan oleh Ibnu Hajar dan Syeikh Al-Albani. Lihat Adh-Dha’iifah, no. 615.
[13] Kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 643.
[14] Dinukil oleh imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalaani dalam Fathul Baari, 3/443.
[15] Hikmah adalah menempatkan segala sesuatu tepat pada tempatnya, yang ini bersumber dari
kesempurnaan ilmu Allah I, lihat kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 131 dan 946.
[16] Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/34
[17] Kitab Al-Fawa-id, hal. 121- cet. Muassasatu ummil qura’.
[18] Kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 298.
[19] Lihat kitab Miftaahu daaris sa’aadah, 1/64 dan Faidhul Qadiir, 4/268.
[20] HR. At-Tirmidzi (no. 2682) dan Ibnu Majah (no. 223), dinyatakan shahih oleh Syeikh Al-Albani.
[21] Beliau adalah Al-Hasan bin Abil Hasan Yasar Al-Bashri (wafat 110 H), seorang imam besar dan termasyhur dari kalangan tabi’in. Lihat kitab Taqriibut tahdziib hal. 160.
[22] Diriwayatkan oleh imam Ad-Darimi dalam kitab As-Sunan (no. 324) dengan sanad yang shahih.

Selasa, 15 Maret 2011

KONFLIK DAN CHANGE AGENT

A. PENGERTIAN KONFLIK
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.Konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan & keterbukaan di antara orang – orang.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Adapun beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli yaitu;
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (Muchlas, 1999), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. (Robbins, 1993). Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif
7. Pace & Faules, 1994:249. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami
8. Folger & Poole: 1984. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi
9. Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat
10. Devito, 1995:381.Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda

B. PROSES TERJADINYA KONFLIK
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya konflik,diantaranya :
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.

C. MACAM-MACAM KONFLIK
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :
1. Konflik peran (role) yaitu; konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi .
2.Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
3.Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
4.Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara).
5.Konflik antar atau tidak antar agama.
6.Konflik antar politik.

D. STRATEEGI MENGHADAPI KONFLIK
Ada lima strategi yang biasa digunakan,Kelima strategi tersebut dipengaruhi oleh dua prioritas, yaitu prioritas pada sasaran dan prioritas pada relasi.
1. Strategi memaksa, artinya seorang individu hanya memperhatikan/lebih mendahulukan faktor pencapaian tujuan saja dengan tidak memperhatikan faktor hubungan yang terjalin dengan individu lain. Biasanya strategi ini menggunakan prinsip win-lose solution, artinya individu akan berusaha sekeras mungkin agar dia memenangkan konflik dan individu lain kalah (prioritas extrem terjadi pada sasaran ).
2. Strategi cara halus, artinya seorang individu hanya memperhatikan/lebih mendahulukan faktor hubungan yang terjalin dengan individu lain dengan tidak memperhatikan faktor pencapaian tujuan. Biasanya strategi ini menggunakan prinsip lose-win solution, artinya individu akan berusaha agar individu lain memenangkan konflik dan dia sendiri mengalah.(P rioritas extrem terjadi pada relasi).
3. Strategi konfrontasi, biasanya strategi ini menggunakan prinsip win-win solution, artinya kedua pihak sama-sama memenangkan konflik sehingga tidak ada yang merasa dirugikan (prioritas pada sasaran dan relasi memiliki skala yang sama-sama tinggi).
4. Strategi menghindar, biasanya strategi ini menggunakan prinsip lose-lose solution, artinya kedua pihak sama-sama kalah dalam konflik sehingga tidak ada yang merasa diuntungkan, sama-sama kalah karena tidak adanya pengambilan keputusan dalam menyelesaikan konflik ( prioritas pada sasaran dan relasi memiliki skala yang sama-sama rendah).
5. Strategi kompromi, Sebenarnya strategi ini menggunakan prinsip lose-lose solution karena pada akhirnya tidak ada pihak yang memenangkan konflik, masing-masing pihak hanya diminta untuk mengurangi besarnya kepentingan yang ingin diperoleh yang tentunya berpengaruh terhadap relasi dengan pihak lain. Strategi ini diduga hanya menyelesaikan konflik secara permanen saja, sewaktu-waktu konflik yang sama dengan pihak yang sama akan terpicu kembali karena masing-masing pihak belum merasa puas dengan penyelesaian konflik (merupakan pilihan terakhir jika keempat strategi di atas tidak efektif). Selain dipengaruhi oleh prioritas pada sasaran dan relasi, penggunaan kelima strategi ini juga dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu aspek self, others, dan domain. Self merupakan aspek dimana individu melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki berkaitan dengan penyelesaian konflik. Sedangkan others merupakan aspek yang melihat kekuatan, kelemahan, Dan Domain merupakan lokasi/waktu/keadaan dimana konflik itu berlangsung. Jika individu mendapati dirinya lebih kuat daripada individu lain, maka dapat diduga dia akan menggunakan strategi memaksa atau konfrontasi, sebaliknya jika individu merasa lebih lemah daripada individu lain, maka dia akan menggunakan strategi cara halus atau menghindar, namun keadaan tersebut dapat menjadi terbalik jika didukung oleh domain yang tepat.

E. CHANGE AGENT
Change agent adalah seorang professional yang mempengaruhi keputusan pembaharuan dalam suatu arah pertimbangan yang sangat diinginkan oleh organisasi.Adapun ciri-ciri Change Agent adalah;
1. Profesional.
2. Punya inisiatif dan motivasi.
3. Seorang pemimpin.
4. Punya keterampilan tinggi.
5. Punya peran penting :peneliti,teman bekerja sama,konsultan,fasilitator guru,evaluator dan manajer.
6. Diterima oleh semua orang yang terlibat
7. Dapat diterima oleh partisipan.

F. TUGAS CHANGE AGENT
Adapun tugas-tugas dari Change Agent yaitu;
a. Mampu menggabungkan ide dari berbagai sumber.
b. Mampu memberi semangat sehingga dapat mempertahankan minat.
c. Terampil berhubungan dengan orang lain.
d. Mampu menyelesaikan masalah.
e. Berpikir realistis.
f. Fleksibel dalam memodifikasi ide,kuat menolak ide yang tidak produktif.
g. Dapat dipercaya dan tidak mudah kecewa.
h. Mampu menterjemahkan melalui wawasan dan pikiran intelektual.
i. Mampu menangani perubahan.

ASKEP JIWA PERILAKU KEKERASAN

A. KONSEP MEDIS
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut di lakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (stuart and sundeen, 1998).
Pengertian perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional, dan atau sexualitas. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang. Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi predisposisis secara fisik maupun psikologis.

b. Etiologi
1. Factor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi predisposisi yang mungkin atau tidak mungkin terjadi jika factor berikut dialami oleh individu:
a. Psikologis; kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk.
b. Perilaku; reinforcement yang diterima ketika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Social budaya; budaya tertutup, control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilakuk kekerasan diterima.
d. Bioneurologis; kerusakan system limbic, lobus frontal/temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiser.
2. Factor presipitasi
Bersumber dari klien (kelemahan fisik, keputusan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang), lingkuangan (ribut, padat, kritikan mengarah penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan) dan interaksi dengan orang lain, provokatif dan konflik.
Menurut stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise tidak terpenuhi.
a. Fruatasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi fruastasi. Ia merasa trancam dan cemas, jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
b. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
c. Kebutuhana akan status dan prestise ; manusia pada umumnya mempunyai keinginan mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

3. Rentang Respon Perilaku Kekersan.
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
d. Agresif merupakan prilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikonrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

c. Akibat dari perilaku kekersan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang lain dan lingkuangn (Keliat B.A 2005).

Tanda dan gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai

2. Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yang merupakan siklus dan saling bergantung yang meliputi : pengkajian rumusan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Beberapa faktor yang perlu dikaji pada klien perilaku kekerasan menurut Keliat BA, 2005. Dimana pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien Perilaku Kekerasan adalah identitas klien, keluahan utama/alasan masuk factor predisposisi, aspek fisik/biologis, aspek psikososial, dan lingkuangan. Adapun gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah:
a. Klien dibawa kerumah sakit jiwa dengan alasan amuk, membanting barang-barang, gelisah, tidak bisa tidur, berendam dikamar mandi selama berjam-jam.
b. Klien biasanya amuk karena ditegur atas kesalahannya .
c. Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel
d. Merasa semua barang tidak ada harganya
e. Klien kelihatan sangat bersemangat,wajah tegang.
f. Muka merah ketika menceritakan masalahnya.
g. Klien merasa minder bila berada di lingkungan keluarga
h. Klien mudah marah dan cepat tersinggung
i. Klien selalu merusak lingkungan
j. Klien tampak kotor, rambut kusut, dan kotor, gigi kotor dan kuning kuku panjang dan kotor, kulit banyak daki dan kering
k. Klien mengatakan malas mandi
l. Klien tidak mau mandi bila tidak disuruh dan mandi kalau perlu saja
m. Sehabis mandi klien masih tampak kotor

2. Masalah keperawatan
Menurut Keliat B.A, 2005, Masalah keperawatan yang sering terjadiklien Perilaku Kekerasan adalah:
a. Resiko cedera
b. Perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronis
d. Defisit perawatan diri : mandi, berhias dan berpakaian, BAB/BAK
e. Ketidak efektifan penatalaksanaan progam terapeutik.

4. Diagnose keperawatan
Diagnose keperwatan adalah suatu bagian integral dari proses keperwatan dan merupakan suatu komponen adri langkah-langkah analisa, dimana perawat mengindentifikasi respon-respon individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensia.
Diagnosa keperawatan dari pohon masalah pada gambar diatas adalah sebagai berikut:
a. Resiko Perilaku Mencederai Diri berhubungan dengan perilaku kekerasan.
b. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan keluarga marawat klien dirumah.
d. Deficit perawatan diri mandi, berhias dan berpakaian, BAB/BAK berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
e. Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah.

5. Rencana tindakan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek yaitu ; tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan.
Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa keperawatan dan dapat di capai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian penyebab dari diagnose keperawatan. Kemampuan pada tujuan khusus terdiri dari 3 aspek yaitu: kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif yang perlu dimiliki klien untuk menyelesaikan permasalahan. (Keliat B.A, 2005).

Adapun rencana tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan menurut Keliat B.A, 2005 yaitu:
Diagnose I : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

a. Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

b. Tujuan khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di sukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukan sifat empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.

2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
a) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
b) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel.

3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa di lakukan.
b) Simpulkan bersama klien tanda-tanda marah yang di alami klien.
c) Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien.

4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa di lakukan
a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa di lkakukan klien (Verbal, pada orang lain, diri sendiri dan lingkungan).
b) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa di lakukan.
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.

5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
a) Bicarakan akibatnya keinginan dan cara yang di lakukan klien.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang di gunakan klien.
c) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6) Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
a) Diskusikan dengan kegiatan fisik yang biasa di lakukan klien.
b) Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa di lakukan klien.
c) Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah di lakukan untuk mencegah perilaku kekerasan, yaitu tarik napas dalam dan pukul kasur serta bantal.
d) Diskusikan cara melakukan tarik napas dalam dengan klien.
e) Beri contoh kepada klien tentang cara menarik napas dalam.
f) Minta klien untuk mengikuti contoh yang di berikan sebanyak 5 (lima) kali.
g) Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik napas dalam.
h) Tanyakan perasaan klien setelah selesai.
i) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah di pelajari saat marah/jengkel.
j) Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan di lakukan sendiri oleh klien.
k) Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah di pelajari
l) Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah di lakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
m) Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
n) Berikan pujian atas keberhasilan klien
o) Tanyakan kepada klien : apakah kegiatan cara pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah.

7) Klien dapat mendemonstrasikan cara social untuk mencegah perilaku kekerasan.
a) Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
b) Beri contoh cara bicara yang baik :
• Meminta dengan baik
• Menolak dengan baik
• Mengungkapkan perasaan dengan baik
c) Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
1) Meminta dengan baik “saya minta uang untuk beli makanan”
2) Menolak dengan baik “Maaf, saya tidak dapat melakukannya karena ada kegiatan lain”
3) Mengungkapkan perasaan dengan baik “ saya kesal karena permintaan saya tidak dikabulkan”disertai nada suara yang rendah.
• Minta klien mengulang sendiri
• Beri pujian atas keberhasilan klien
• Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih diruangan, misalnya: meminta obat, baju, dan lain-lain, menolak ajakan merokok, tidur tidak pada waktunya, menceritakan kekesalan kepada perawat.
• Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
• Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan mengisi jadwal kegiatan .
• Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
• Berikan pujian atas keberhasilan klien
• Tanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah latihan bicara yang baik? Apakah keinginan marah berkurang?

8) Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan
a) Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan
b) Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan diruang rawat
c) Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan
d) Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih
e) Beri pujian atas keberhasilan klien
f) Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan ibadah
g) Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah
h) Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal kegiatan harian.
i) Validasi kemampuana klien dalam melaksanakan latihan.
j) Berikan pujian atas keberhasilan klien
k) Tanyakan pada klien bagaimana perasaan budi setelah teratur melakukan ibadah? Apakah keinginan marah berkurang?

9) Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah prilaku kekerasan
a) Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya), waktu minum obat (jika 3 kali : pkl. 07.00,13.00,19.00) cara minum obat.
b) Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur :
• Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum obat
• Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah oleh dokter
• Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, misalnya penyakitnya kambuh.
c) Diskusikan tentang prose minum obat:
• Klien meminta obat kepada perawat ( jika dirumah sakit), kepada keluarga (jika dirumah)
• Klien memeriksa obat sesuai dosisnya
• Klien meminum obat pada waktu yang tepat
d) Susun jadwal minum obat bersama klien
e) Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian, validasi pelaksanaan minum obat klien.
f) Beri pujian atas keberhasilan klien
g) Tanyakan kepada klien “bagai mana perasaannya dengan minum obat secara teratur? Apakah keinginan untuk marah berkurang?”

10) Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan prilaku kekerasan.
a) Klien mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan.
• Anjurkan klien untuk ikut TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan.
• Klien mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan (kegiatan tersendiri)
• Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK
• Fasilitas klien untuk memperaktekkan hasil kegiatan TAK dan beri pujian atas keberhasilannya.
b) Klien mempunyai jadwal TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku.
• Diskusi dengan klien tentang jadwal TAK.
• Masukkan jadwal TAK kedalam jadwal kegiatan harian klien.
c) Klien melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan TAK.
• Klien mengevaluasi pelaksanaan TAK dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evalution)
• Validasi kemampuan klien dalam mengikuti TAK.
• Beri pujian atas kemampuan mengikuti TAK.
• Tanyakan pada klien : “bagaimana perasaannya setelah mengikuti TAK?”

11) Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan.
a) Keluaga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien.
1) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah di lakukan keluarga terhadap klien selama ini.
2) Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien.
3) Jelaskan cara-cara merawat klien :
• Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.
• Sikap dan cara bicara
• Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan.
4) Bantu keluaga mendemonstrasikan cara merawat klien.
5) Bantu keluaga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
6) Anjurkan keluaga mempraktekannya pada klien selama di rumah sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah.

Diagnosa II : Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis
Tujuan umum : klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki klien.
b) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative.
c) Utamakan memberi pujian yang realistis.

2) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan.
a) Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat di gunakan selama sakit.
b) Diskusikan pula kemampuan yang masih dapat di lanjutkan setelah pulang ke rumah.

3) Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang di miliki.
a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat di lakukan setiap hari sesuai kemampuan (mandiri, bantuan sebagian,bantuan total).
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh di lakukan

Dignosa III : Deficit perawatan diri:mandi,berhias,berpakaian, BAK/BAB berhubungan dengan harga diri kronis
Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan minat atau motivasinya dan mempertahankan kebersihan diri.
Tujuan khusus

1) Klien dapat mengenal pentingnya kebersihan diri.
a) Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri.
b) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dan 5 tanda kebersihan diri.

2) Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
a) Motivasi klien untuk mandi.
b) Bimbing klien untuk mandi,beri kesempatan untuk mendemonstrasikan.
c) Anjurkan klien untuk mengganti baju tiap hari.
d) Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e) Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk mengelola fasilitas kebersihan diri.
f) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri.

3) Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
a) Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri secara teratur
b) Ingatkan klien untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi dan ganti baj

4) Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
a) Beri reinforcement jika klien berhasil meningkatkan kebersihan diri.
b) Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
c) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurangnya minat menjaga kebersihan diri.
d) Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah di lakukan klien selama di rumah sakit
e) Anjurkan keluarga member reinforcement terhadap kemajuan klien.

Diagnosa IV : Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif : kemampuan keluarga merawat klien di rumah
Tujuan umum
Klien dapat membina hubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: sapa klien dengan ramah, perkenalkan diri dengan sopan,tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang di sukai klien, jelaskan tujuan pertemuan,jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya, beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki.
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki.
b) Setiap bertemu klien hindari penilaian negative.
c) Utamakan memberi pujian yang realistic.

2) Klien mampu menilai kemampuan yang di miliki.
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat di gunakan selama sakit.
b) Diskusikan kemampuan yang masih dapat di lanjutkan penggunaannya

3) Klien mampu merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang di miliki.
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat di lakukan setiap hari sesuai kemampuan.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh di lakukan klien.

4) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
a) Beri kesempatan pada klien mencoba kegiatan yang telah di rencanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien.
c) Diskusikan kemungkian pelaksanaan di rumah.

5) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien di rawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Diagnose v : Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.
Tujuan umum : keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien di rumah.
Tujuan khusus :

1) Idintefikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap klien slama ini

2) Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien.

3) Jelaskan cara-cara merawat klien:

a) Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif
b) Sikap dan cara berbicara
c) Membantu klien untuk mengenal penyebab marah dan melaksanakan cara mencegah perilaku kekerasan.

4) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

5) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien

6) Anjurkan keluarga memperaktekkannya pada klien selama di Rumah Sakit dan melanjutkannya setelah pulang kerumah.

6. Pelaksanaan tindakan keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalialidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkandan sesuai dengan kondisi klien saat ini (here and now). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. (Keliat B.A, 2005).

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang telah disusun. Adapun hambatan yang ditemukan penulis antara lain:
a. Waktu yang tersedia untuk melakukan asuhankeperawatan kepada Tn “R” sangant terbatas sehingga ada beberapa rencana keperawatan yang telah disusun tidak sempat dilaksanakan secara langsung.
b. Ketidakhadiran keluarga disaat melakukan asuhan keperawatan.
c. Kurangnya tenaga perawat di bangsal Kenari disbanding jumlah klien yang dirawat.
d. Perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan belum dilakukan secara intensif.

7. Evaluasi tindakan keperawatan
Evaluasi merupakanprosesyang berkelanjutan dan dilakukan terus menerus untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi 2 jenis : (1) evaluasi proses (formatik), yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan, (2) evaluasi hasil (sumatif), dilakukan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan. (Keliat B.A, 2005).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir
S. = Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O. = Respon obyektifterhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A. = Analisa terhadap data subyektif dan obyektif untuk mengumpulkan apakah masalah masih ada atau telah teratasi atau muncul masalah baru.
P. = Perencanaan tidak lanjut berdasarkan hasil analisa respons klien.

Adapun hasil akhir yang diharapkan pada klien dengan masalah perilakukekerasan adalah:
Klien mampu :
1. Membina hubungan salin percaya
2. Mengidentifikasi penyebab prilaku kekersan
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekersan
4. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
5. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
6. Mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
7. Mendemonstrasikan cara social untuk mencegah perilaku kekerasan
8. Mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan
9. Mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku kekersan
10. Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan.
11. Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan secara pencegahan perilaku kekerasan.




DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A, ( 2005 ), Proses Keperawatan Jiwa, Edisi 2, EGC : Jakarta
Mansjoer Arif,( 2004 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Media Aesculapius : Jakarta
Maramis. W. F, ( 2004 ), Ilmu Kedokteran Jiwa, Penerbit Airlangga Universitas Press : Surabaya
Suliswati, ( 2005 ), Konsep Dasar Keperawatn Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta
Stuart, G. W, ( 2006 ), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5, EGC : Jakarta
Townsend, Mrcy C, ( 1998 ). Buku Saku Keperawatan Jiwa, edIsi 5, EGC ; Jakarta
......... ( 1998 ). Buku Saku Diagnose Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, EGC : Jakarta

Sabtu, 12 Maret 2011

CA MAMMAE



A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Carcinoma atau kanker adalah sel tubuh yang mengalami perubahan (transformasi) sehingga bentuk, sifat dan kinetiknya berubah sehingga tumbuhnya menjadi anatomi luar, tidak terkendali dan terlepasnya dari koordinasi pertumbuhan normal akibatnya tumbuh tumor yang terpisah dari jaringan tubuh normal. (I Dewa Gede Sukerja, 2006).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk)

a. Anatomi mammae
Payudara wanita mulai tumbuh dan berkembang pada saat wanita memasuki usia sekitar 10-11 tahun. Ovarium (indung telur) akan memproduksi hormon estrogen yang mengakibatkan penimbunan lemak pada daerah depan dada sehingga payudara mengembang.
Pertumbuhan, perkembangan dan bentuk payudara setiap wanita berbeda, terutama pada saat hamil, menyusui, datang bulan, menjalani operasi dan terapi menggunakan obat-obatan.
Secara sistematis payudara wanita terdiri dari 15 sampai 20 lobula pada masing-masing sisi. Masing-masing lobula terdiri dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. Kelenjar ini bersama-sama membentuk gumpalan-gumpalan yang mirip pokok anggur. Di dalam Alveoli (alveolus dan acinus singular) inilah air susu diproduksi. Sehingga pada wanita menyusui akan tampak payudara lebih besar, karena Alveoli-nya berisi air susu. Jaringan penyusun payudara yang lain adalah jaringan lemak. Jumlah lemak tergantung pada beberapa faktor seperti usia, keturunan, prosentase lemak tubuh dan sebagainya. Pada wanita usia lanjut, jaringan penyusun payudara yang paling banyak dijumpai adalah lemak.

b. Fisiologi mammae
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

2. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif panjang.
• Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
• Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
3. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
5. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
6. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
7. Faktor genetic
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)

4. Insiden
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk).Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk).

5. Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)

6. Manifestasi klinik
Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk)
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)

7. Klasifikasi
a. Tumor primer (T)
1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4. T1 : Tumor < 2 cm
• T1a : Tumor < 0,5 cm
• T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
• T1c : Tumor 1 – 2 cm
5. T2 : Tumor 2 – 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.
• T4a : Melekat pada dinding dada
• T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
• T4c : T4a dan T4b
• T4d : Mastitis karsinomatosis
b. Nodus limfe regional (N)
1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
2. N0 : Tidak teraba kelenjar axial
3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
c. Metastas jauh (M)
1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
2. M0 : Tidak ada metastase jauh
3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

8. Stadium Kanker Payudara
1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas.
2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN.
Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.
(Setio W, 2000, hal : 285)

9. Pemeriksaan Diagnostik
Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
a. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
b. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
c. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
d. Pemeriksaan hematologic
Dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)

10. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
6. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
(www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan).



a. Penatalaksanaan medis
a. Pembedahan
1. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
1. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
2. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
2. Non pembedahan
b. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
c. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.


d. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600)

B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
a. Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan .
b. Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.



c. Data yang disimpulkan meliputi :
1. Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
4. Pengkajian fisik meliputi :
• Keadaan umum
• Tingkah laku
• BB dan TB
• Pengkajian head to toe
5. Pemeriksaan laboratorium :
• Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
• Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
6. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
d. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
1. Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
2. Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.
3. Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
4. Personal hygiene
• Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
• Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
• Dikaji sebelum dan pada saat di RS
e. Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spritual :
1. Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif.

2. Status social
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.
3. Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
f. Klasifikasi Data
Data pengkajian :
1. Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
2. Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
g. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang didapat pada klien.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.
Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional, implementasi dan evaluasi.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Tujuan : Nyeri teratasi.
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
2) Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
4) Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.
5) Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.
6. Berikan HE tentang penyebab nyeri
Rasional : Meningkatkan pemahaman klien tentang nyeri yang ia rasakan
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
Ditandai dengan :
Tujuan : Klien dapat beraktivitas

Intervensi :
1) Kaji tingkat intileransi aktivitas klien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan klien
2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.
3. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
Rasional : Agar keluarga dapat membantu dalam kebutuhan sehari-hari

4. Dekatkan alat-alat kebutuhan klien
Rasional : Membantu dan memudahkan dalam memenuhi kebutuhan klien
5. Biarkan klien untuk menggunakan lengan untuk kebersihan diri ( makan, menyisir )
Rasional : Peningkatan sirkulasi membantu meminimalkan oedema dan mempertahankan kekuatan
6. Berikan HE tentang cara mobilisasi yang baik
Rasional : Untuk mengurangi bahaya imobilisasi
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
2) Observasi vital signs
Rasional : Untuk mengetahui tindakan selanjutnya
3) Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan diberikan
Rasional : Agar klien mengerti setiap prosedur tindakan yang dilakukan
4) Dorong dan berikan kesempatan untuk klien / keluarga mengajukan pertanyaan
Rasional : Membuat perasaan klien terbuka dan memberikan informasi yang akan membantu dalam menidentifikasi masakah
5) Beri dorongan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
Rasional : Dengan member dorongan klien dapat menerima keadaannya dan mendekatkan diri
6) Berikan HE tentang penyakit yang dideritanya
Rasional : Menambah pengetahuan tentang penyakit klien
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
2) Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.

3) Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Intervensi :
1) Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.
Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.
3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi.

f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Intervensi :
1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.
2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan yang adekuat.
Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.
3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.
Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan meningkatkan perasaan sehat.
4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.
Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.
5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada. Anjurkan untuk Mammografi.
Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan terjadinya / berulangnya tumor baru.
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji pola makan klien
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam tindakan selanjutnya.
2) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit.
3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.
4) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga.
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan energi.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya

5. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.


DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa Monica Ester, Jakarta, EGC
Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakart
Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.
Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Jumat, 11 Maret 2011

FUNGSI DAN PERAN PERAWAT

FUNGSI DAN PERAN PERAWAT


1. Fungsi Perawat
a. Fungsi Independen
Fungsi Independen perawat adalah those activities that are considered to be within nursing’s scope of diagnosis and treatment. Dalam fungsi ini tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang diambil. Contoh tindakan perawat dalam menjalankan fungsi independen adalah :
1) Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien / keluarganya dan mengkaji secara fisik untuk menentukan status kesehatan.
2) Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakuakan untuk memelihara atau memeperbaiki kesehatan
3) Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari
4) Mendorong pasien untuk berperilaku secara wajar.

b. Fungsi Interdependen
Fungsi interdependen perawat adalah carried out in conjunction with other health team members. Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lain berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Sebagai sesama tenaga kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai bidang ilmunya. Dalam kolaborasi ini pasien menjadi focus upaya pelayanan kesehatan. Contohnya, untuk menangani ibu hamil penderita diabetes, perawat bersama tenaga gizi berkolaborasi membuat rencana untuk menentukan kebutuhan makanan yang diperlukan bagi ibu dan perkembangan janin. Ahli gizi memberikan konstribusi dalam perencanaan makanan dan perawat mengajarkannya dan mengawasi kemampuan pasien untuk melaksanakan diet serta mengajarkan pasien memilih makanan sehari-hari. Dalam fungsi ini perawat bertanggung jawab secara bersama-sama bersama tenaga kesehatan lain terhadap kegagalan pelayanan kesehatan terutama untuk bidang keperawatannya.

c. Fungsi Dependen
Fungsi dependen perawat adalah the activities performed based on the physician’s order. Dalam fungsi ini perawat berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan pelayanan medic. Perawat berkolaborasi memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infuse, pemberian obat, melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap tindakan perawat yang berdasarkan instruksi dokter, dengan menghormati hak pasien tidak termasuk tanggung jawab perawat.


2. Peran Perawat
a. Peran sebagai Pelaksana
Perwat baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga dan masyarakat. Dalam menjalankan peran sebagai care giver, perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya. Perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocate communicator, serta rehabilitator.
b. Peran sebagai Pendidik
Perawat melakukan penyuluhan kepada klien ( individu ) yang berada dibawah tanggung jawabnya. Dengan penyuluhan yang tepat, asuhan keperawatan akan mendapat hasil yang lebih baik.
c. Perawat sebagai Pengelola
Peran ini dimiliki perawat dengan jabatan structural dalam rumah sakit. Perawat harus memantau dan menjamin asuhan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan system pelayanan keperawatan.
d. Perwat sebagai Peneliti
Dalam upaya untuk ikut berperan serta dalam pengembangan body of knowledge keperawatan, maka perawat harus mempunyai kemampuan untuk melakukan penelitian dibidangnya. Dengan kemampuan meneliti, perawat akan mampu mengidentifikasi masalah keperwatan, menerapkan prinsif dan metode yang tepat. Hasil penelitian akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan pendidikan keperawatan.
Mencermati Fungsi dan Peran perawat, komunikasi yang baik merupakan factor yang menentukan keberhasilan asuhan / pelayanan keperawatan. Perawat harus selalu bersikap ramah terhadap pasien. Ini berbeda dengan dokter. Bagi dokter, yang penting adalah memberikan resep yang tepat dan melakukan tindakan medic tertentu dengan baik, sedangkan hal penting yang dilakukan perawat adalah sapaan “apa kabar” dan senyum kepada pasien.

STANDAR PROFESI PERWAT DAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN



1. Standar profesi perawat

Pasal 24 ayat (1) PP 23/1996 Tentang Tenaga Kesehatan menentukan bahwa perlindungan hokum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugas yang sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan. Standar profesi merupakan ukuran kemampuan rata-rata tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya.
Sampai saat ini perawat belum pempunyai standar profesi yang dapat berfungsi sebagai sarana perlindungan hokum. Dengan memenuhi standar profesi dalam melaksanakan tugasnya, perawat terbatas dari pelanggaran kode etik.
Sebagai tolak ukur kesalahan perawat dalam melaksanakan tugasnya, dapat dipergunakan pendapat “LEENEN” sebagai standar pelaksanaan profesi keperawatan, yang meliputi :
a. Terapi harus dilakukan dengan teliti,
b. Harus sesuai dengan ukuran ilmu pengetahuan keperawatan,
c. Sesuai dengan kemampuan rata-rata yang dimiliki oleh perawat dengan kategori keperawatan yang sama.
d. Dengan sarana dan upaya yang wajar dan sesuai dengan tujuan konkret upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan.
Dengan demikian, manakala perawat telah berupaya dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan kemampuan dan pengalaman rata-rata seorang perawat dengan kualifikasi yang sama, maka dia telah bekerja dengan memenuhi standar profesi.

2. Standar asuhan keperawatan
Standar Asuhan Perawat yang disusun oleh Tim Depertemen Kesehatan Republik Indonesia diberlakukan sebagai Standar Asuhan Perawatan di Rumah Sakit berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.7637, pada tanggal 18 Agustus 1993. Keputusan ini mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional dan UU 23/1992.
Standar Asuhan Perawatan terdiri dari delapan standar yang harus dipahami dan dilaksaakan oleh perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan, yaitu :

Standar I : Berisi filsafah keperawatan. Falsafah adalah pandangan hidup, anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling umum yang dimiliki oleh orang atau masyarakat. Falsafah keperawatan berisi nilai-nilai yang dijadikan pedoman dan harus ada dalam asuhan keperawatan.

Standar II : Berisi tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan pada dasarnya adalah meningkatkan status kesehatan, mencegah penyakit, memperbaiki status kesehatan, dan membantu pasien mengatasi masalah kesehatan.

Standar III : Mnenentukan pengkajian keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang paripurna diperlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus, tentang keadaan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Standar IV : Tentang diagnose keperawatan. Diagnose ini dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien yang dihasilkan pada fase pengkajian untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data dianalisis dan dibandingkan dengan norma yang berlaku dan pola fungsi kehidupan pasien.

Standar V : Tentang perencanaan keperawatan. Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan. Di dalamnya menunjukkan prioritas masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan berikut rencana tindakan yang akan dilakukan perawat untuk mencapainya. Tindakan yang direncanakan didalamnya hanyalah tindakan yang bersifat care yang merupakan kewenangan perawat.

Standar VI : Menentukan intervensi keperawatan, Intervensi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan yang telah ditentukan dalam rencana keperawatan. Implementasi atas rencana keperawatan dalam sebuah asuhan keperawatan dengan maksud mengupayakan pemenuhan kebutuhan pasien secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Hal ini berbeda dengan pelayanan medis oleh dokter berupa penyembuhan penyakit yang diupayakan dengan tindakan medic tertentu berupa pengobatan atau tindakan lain (aspek kuratif).

Standar VII : Menentukan evaluasi keperawatan. Evaluasi dilakukan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain. Hal itu dilakukan secara periodic, sistematis, dan berencana untuk menilai perkembangan pasien setelah dilakukannya tindkan keperawatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam asuhan keperawatan. Hasilnya dipergunakan sebagai dasar pertimbangan bagi tindakan kperawatan selanjutnya, apakah rencana yang telah disusun dilanjutkan pelaksanaanya atau diadakan perubahan apabila dipertimbangkan jika rencana tetap dijalankan tujuan tidak tercapai.

Standar VIII : Tentan catatan asuhan keperawatan. Setiap informasi tentang pasien yang berkaitan tentang kondisi kesehatan, analisis perawat dan kesimpulannya, rencana dan tujuan tindakan serta implementasi dari rencana beserta hasilnya harus dicatat.