Home

Sabtu, 16 April 2011

Jangan Mengeluh



Kita memang akan kesulitan untuk menghitungnya. Bukan apa-apa. Ia terlalu banyak. Itulah nikmat Allah kepada kita. Ketidakmampuan kita menghitung dan menjumlah nikmat itu memang telah menjadi sunnatullah. Al-Qur’an sendirilah yang menetapkannya.  Wa in ta’uddau ni’matallahi la tuhsuhuh , dan jika kalian berusaha menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan sanggup menghitungnya. Demikian tegasnya. Dengan kata lain, di jalanini seharusnya tidak ada celah untuk mengeluh. Tidak ada sama sekali.
Sebab di jalan ini, yaaah,,, di jalan  kehidupan ini kita sesungguhnya hanya berpindah dari satu nikmat ke nikmat yang lain. Mungkin suatu waktu ada musibah yang singgah dalam hidup ini, tapi musibah itu toh tetap menyisahkan begitu banyak nikmat.

Seperti ungkap Syuraih al-Qadhy pada suatu ketika, “Sungguh ketika sebuah musibah menimpaku, aku selalu memuji Allah sebanyak empat kali :

Pertama, aku memuji-Nya karena musibah yang hadir tidaklah lebih besar dari itu.
Kedua, aku memuji-Nya karena Ia telah menganugrahkan kesabaran padaku untuk menghadapinya.
Ketiga, aku memuji-Nya karena musibah itu tidak menimpa dan menghancurkan agamaku.” Demikianlah katanya. Lalu apa yang kita katakana saat musibah menimpa kita???

******
Seorang pria datang menamui Yunus ibn Ubaid. Ia mengeluh di dapannya.
“Hidupku susah sekali…,” ujarnya. “Entah aku harus berbuat apa. Hidupku benar-benar susah. Dunia ini begitu sempit untukku. Ah,,, aku tak tahu harus berbbuat apa… Duhai, mangapa ini semua terjadi padaku…,” begitulah ia seperti tidak akan berhenti menympaikan ssemua keluhannya.

Yunus ibn Ubaid menarik nafas. Sangat dalam.
“Maafkan aku, saudaraku… Bolehkanlah aku bertanya padamu???” ujarnya.

“Silahkan, Tuan…”
“Bagaimana jika kedua matamu itu diganti dengan 1000 dinar? Maikah engkau?” Tanya Yunus Ibn Ubaid.
“Apa? Tidak mungkin, Tuan. Bagaimana mungkin aku mengganti kedua mataku hanya dengan 1000 dinar???!"

“Bagaimana dengan kedua telingamu???”
“Ah, mustahil, Tuan. Bagaimana aku akan mendengar nanti???”

“Kalau begitu, lidahmu sajalah…”
“Tidak, Tuan. Apakah Anda ingin saya jadi bisu hanya karena 1000 dinar???!”

Begitulah Yunus ubn Ubaid terus mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Hingga akhirnya. Yunus ibn Ubaid mengatakan, “Lihatlah, Saudaraku. Kulihat betapa banyak nikmat Allah padamu. Lalu mengapa engkau harus mengeluh hinggah seolah-olah tidak lagi ada harapan untuk hidup???”

Pria itu tersipu. Lalu pamit meninggalkan Yunus ibn Ubaid.

*****

Jadi Selalulah meyakini bahwa setiap musibah sesungguhnya adalah sebuah anak tangga menuju kemuliaan disisi Allah. Untuk sampai kesana, tentu kita harus melewati anak tangga itu satu persati.
Apa yang dibutuhkan saat penitian itu…???
“Kesabaran dan keyakinan.”
Zuhair ibn Nu’aim mengatakan, “ Kemuliaan itu tak akan teraih kecuali dengan  Dua hal : Kesabaran dan Keyakinan. Jika hanya engkau memiliki keyakinan tapi tanpa kesabaran, maka kemuliaan itu takkan pernah sempurna. Begitu pula jika engkau hanya menyimpan kesabaran tanpa keyakinan, itupun takkan menyempurnakan kemuliadaan itu.”

Sahabat Abu al-d Darda’ juga punya tamtsil yang cantik tentang itu. “ Perumpamaan keyakinan dan kesabaran itu ibarat dua orang petani yang menggalih tanah. Jika salah satu dari mereka berhenti dan duduk, maka yang lain pun akan berhenti dan duduk beristirahat.”

Hmmm,,, hinggah di sini, menurut Anda, bila detik ini sebuah musibah hinggap dalam kehidupan anda, apakah yang akan anda lakukan???

Inilah pilihan terbaiknya…

Hadapi dengan kesabaran dan yakinlah bahwa ada banyak karunia yang disembunyikan Allah di baliknya.